Blogger Widgets

Saturday, 6 April 2013


INGATAN (MEMORY)





A.     Pengertian Ingatan

Ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering).
Dalam proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat (retrieval stage).

B.      Fungsi Memasukkan (Encoding)

Proses Encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme). Jadi encoding merupakan suatu proses mengubah sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organisme. Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori.
Proses pengubahan informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
1.      Tidak sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh inderanya dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya. Contoh konkritnya dapat kita lihat pada anak-anak yang umumnya menyimpan pengalaman yang tidak disengaja, misalnya bahwa ia akan mendapat apa yang diinginkan jika ia menangis keras-keras sambil berguling-guling.
2.      Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahuan ke dalam ingatannya. Contohnya kita sebagai mahasiswa, dimana dengan sengaja kita memasukkan segala hal yang dipelajarinya di perguruan tinggi.

C.      Fungsi Menyimpan (Storage)

Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding, apa yang dipelajari atau apa yang dipersepsi). Sesuatu yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal yang penting yang dapat dicatat, yaitu mengenai interval atau waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.
Masalah intercal dapat dibedakan atas lama interval dan isi interval:
1.      Lama interval, yaitu berkaitan dengan lamanya waktu pemasukan bahan (act of remembering). Lama interval berkaitan dengan kekuatan retensi. Makin lama intervalnya, makin kurang kuat retensinya, atau dengan kata lain kekuatan retensinya menurun.
2.      Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu memory traces, sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.
Atas dasar lama interval dan isi interval, hal tersebut merupakan sumber atau dasar berpijak dari teori-teori mengenai kelupaan.




D.     Fungsi Menimbulkan Kembali (Retrival)

Fungsi ketiga ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Mekanisme dalam proses mengingat kembali sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “Belajar dari Pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini juga.
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:
1.       Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Conyohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.
2.       Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.
3.       Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Siti Nurbaya (tokoh sinetron), maka akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut karena orang tersebut telah menontonnya berkali-kali.

E.      Kelupaan

Kelupaan terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu jarang ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran yang akhirnya mengalami kelupaan. Hali itu dikarenakan interval merupakan titik pijak dari teori-teori tentang kelupaan.
Ada lima teori lupa, yaitu:
1.      Decay Theory (Atropi), teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (memory trace) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, akan rusak atau menghilang.

2.      Teori Interferensi, teori ini menitikberatkan pada isi interval. Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan), akan tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat yang lama, tetapi juga terjadi sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, maka terjadilah interferensi retroaktif. Sedangkan, bila informasi yang kita terima sulit untuk diingat karena adanya pengaruh ingatan yang sama, maka terjadi proses interferensi proaktif.

3.      Teori Retrieval Failure, teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

4.      Teori Motivated Forgetting, menurut teori ini, seseorang akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Jadi, teori ini beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.

5.      Lupa Karena Sebab-sebab Fisiologis, para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang mengakibatkan amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan disebut menderia amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, maka orang tersebut menderita amnesia anterograd.

F.       Beberapa Eksperimen Mengenai Ingatan

Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ingatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning time method)
Metode ini merupakan metode penelitian ingatan dengan melihat sejauh mana waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, seperti dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
Misalnya seseorang yang disuruh mempelajari suatu syair lagu dan orang tersebut harus menimbulkan kembali syair tanpa ada kesalahan. Bila kriteria ini telah terpenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Individu yang satu lebih cepat daripada individu yang lain, tetapi ada pula yang lambat. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu atau usaha yang dibutuhkan oleh seseorang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing.

2.      Metode belajar kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana suatu individu disuruh mempelajari kembali materi yang telah dipelajari sampai pada suatu kriteria tertentu. Dalam relearning, untuk mempelajari materi yang sama untuk kedua kalinya membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan pertemuan pertama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin sering dipelajari, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya, dan semakin banyak materi yang dapat diingat dengan baik, dan makin sedikit materi yang dilupakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses relearning ada waktu yang dihemat untuk disimpan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan metode saving method.

3.      Metode rekonstruksi
Metode ini menugaskan individu untuk mengkronstruksi kembali materi yang telah diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi kembali dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat, sampai pada kriteria tertentu. Contohnya seperti bermain puzzle.

4.      Metode mengenali kembali (recognition)
Dalam metode ini penelitian dalam memori ditekankan pada recognition (mengenal kembali). Jadi subjek diminta untuk mempelajari materi kemudian materi tadi disajikan ulang dengan penyertaan materi lain. Adanya materi lain untuk mentes subjek apakah ia mampu mengenal kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya diantara materi-materi lain yang disajikan.
5.      Metode mengingat kembali
Dalam metode ini yang ditekankan adalah proses recall (mengingat kembali) terhadap apa yangtelah dipelajari sebelumnya. Misalnya pada tes yang berbentuk essai atau pada tugas-tugas pengarang dimana subjek diminta untuk mengingat kembali peristiwa atau pengalaman yang dialaminya.

6.      Metode asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan  mengingat apa yang telah dipelajarinya, maka dalam evaluasi, salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subjek disuruh menampilkan kembali (baik recall maupun recognition).


G. Jenis-Jenis Memori

Teori tentang memori yang melibatkan Proses Encoding, Storage, dan Retrival ini paling banyak disetujui oleh para ahli. Teori yang umum digunakan adalah teori Information-Processing. Teori ini dikembangkan oleh Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) menurut teori mereka, memori juga melalui Proses Encoding, Storage, dan Retrival. Namun dalam proses tersebut juga terlibat pula tiga system memori yang berbeda, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek (Short-Term Memory), memori jangka panjang (Long-Term Memory).

     1. Memori Sensoris
Memori sensoris berkaitan dengan penyimpanan informasi sementara yang dibawa oleh pancaindera kita. Proses memori sensoris dapat dikatakan sebagai proses penyimpanan melalui jalur syaraf-syaraf sensoris yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek.
a. Encoding dalam memori sensoris
Pada saat mata kita melihat sesuatu, atau telinga kita mendengar sesuatu, informasi dari indera-indera itu akan diubah dalam bentuk impuls-impuls neutral dan dihantarkan ke bagian-bagian tertentu dari otak.
b. Storage dalam memori sensoris
Memori sensoris ternyata mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang amat besar, tetapi  yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang.

2. Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek (Short Term Memory) atau working memory adalah suatu proses penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama memori tersebut masih dibutuhkan.
a. Encoding dalam memori jangka pendek
Mula-mula akan berlangsung proses encoding seperti memori sensoris, akan tetapi informasi yang telah diterima oleh otak kemudian dikenal oleh suatu proses yang disebut control processes, yaitu suatu suatu proses yang mengatur laju dan mengalirnya informasi.
b. Storage dalam memori jangka pendek
Kapasitas dalam memori jangka pendek saat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Kapasitas itu dapat dilihat dengan percobaan yang disebut dengan memory span task.
c. Retrieval dalam memori jangka pendek
Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas. Oleh karena itu proses mengingat dalam memori jangka pendek tidak membutuhkan waktu yang lama. Ada dua cara mengingat dalam memori jangka pendek, yaitu :
1) Parallel Search
2) Serial Search

     3. Memori Jangka Panjang
  Memori jangka panjang (Long Term Memory) adalah suatu proses penyimpanan informasi yang relative permanent.
          a. Encoding dalam memori jangka panjang
Prosesnya hampir sama dengan memori jangka pendek hanya untuk memori jangka panjang perlu dilakukan proses selanjutnya yaitu semantic atau imagery coding. Dalam proses ini data dianalisis lebih jauh lagi.
          b. Storage dalam memori jangka panjang
Proses encoding dalam memori ini dilakukan dengan penyaringan berdasarkan arti dari informasi bagi individu tersebut. Oleh karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanent. Selain daripada itu, kapasitasnya besar sehingga dapat menyimpan informasi yang sangat banyak. Meskipun demikian, memori bekerja secara efisien yaitu dengan jalan me-reorganisasi informasi yang diterima. Reorganisasi ini erat kaitannya dengan proses retrieval informasi.
         c. Retrieval dalam memori jangka panjang
Penyimpanan memori ini sangat terorganisir, organisasi ini besar faedahnya karena kapasitas memorinya luar biasa besarnya. Informasi yang tersimpan sifatnya terorganisasi, maka bila diberi petunjuk, maka proses mengingatnya hanya berlangsung beberapa detik saja.
     
H. Cara Meningkatkan Kemampuan Memori

Para ahli masih memperdebatkan apakah memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
- Memiliki banyak petunjuk dengan asosiasi tinggi
- Banyak latihan
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan memori, antara lain:
·         Mnemonic: menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat
·         Method of Loci : berusaha menciptakan gambaran seperti peta dibenak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat
·         Peg word/irama : Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama
·         Menggunakan bayangan visual, misalnya bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari para tamu
·         Memori akan baik ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu tinggi
·         Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu
·         Memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam
·         Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara, misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih baik daripada hanya salah satu saja

Secara umum, usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut :
a.       Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan merupakan usaha yang sangat membantu. Retensi suatu informasi dapat dibantu dengan cara mengulang informasi yang bersangkutan, khususnya untuk mempertahankan informasi di memori jangka pendek dan panjang
Meskipun demikian, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengulangan saja tidak ada artinya bila tidak dihubungkan dengan suatu konteks yang sudah dikenal, contohnya mengingat huruf-huruf (BDGJKTSRBYMGLYGY). Bila tanpa konteks tertentu, hasil hafalan huruf itu susah untuk ditimbulkan kembali. Sebaliknya bila huruf-huruf tersebut memiliki arti (BANDUNGJAKARTASURABAYAMAGELANGYOGYA) maka lebih mudah untuk ditimbulkan kembali. Pengulangan juga dapat dilakukan secara periodik. Misalnya dengan mempelajari suatu notasi musik setiap dua minggu sekali.
b.      Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian diatas jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari memiliki akitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks tersebut dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain.
c.       Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang amat dikenal adalah mnemonik. Informasi diorganisasi sedemikian rupa sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.

Salah satu metode mnemonik yang bias dilakukan adalah metode loci. Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal baik, misalnya rumah. Ia membayangkan bagian tertentu dari rumah itu, misalnya ruang tamu sampai ke kamarnya. Ia membayamgkan apa saja yang akan ia temui di dekat pintu masuk, ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan didalam kamar. Kemudian ia asosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
Metodik mnemonik lain yang bisa digunakan adalah metode menghubungkan (link method) seperti yag telah dipelajari dalam penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek, yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan yang lainnya sehingga mempunyai arti walau kadang-kadang agak lucu. Misal untuk menghafalkan spektrum warna digunakan metode link seperti ini: Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta (Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu).
Pengorganisasian juga dapat dilakukan dengan membuat suatu akronim, sekaligus sebagai kesatuan informasi seperti dalam jembatan keledai yang pernah disinggung dalam penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek, contohnya LUBER(Langsung,Umum,Bebas,Rahasia).

     I.    Proses Terjadinya Lupa
Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan tidak dapat diketemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa :
1.      Decay Theory, teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali. Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak yang bila dalam waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran akan rusak atau menghilang. Jadi jelas bahwa teori ini menitikberatkan pada lama interval.
2.      Teori Interferensi, teori ini menitikeratkan pada isi interval. Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori, akan tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tapi bisa juga terjadi sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, maka terjadinya interferensi retroaktif. Contohnya, apabila kemarin anda menghafalkan peta Pulau Sumatra, ternyata sekarang anda diharuskan mati-matian menghafalakan peta Pulau Kalimantan. Saat anda mencoba menghafalkan kembali kotamadya-kotamadya di Pulau Sumatra, anda akan mengalami kesulitan karena yang muncul adalah nama kotamadya-kotamadya di Pulau Kalimantan.
Bila informasi yang kita terima sulit diingat karena adanya pengaruh ingatan yang lama, maka terjadi proses interferensi proaktif. Contohnya dalam mempelajari bahasa baru, pola atau tata bahasa anda yang lama akan mempersulit anda dalam mengingat tata bahasa yang baru.
3.      Teori Retrieval Failure, teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi, maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4.      Teori Motivated Forgetting, menurut teori ini, kita akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Dari penjelasn tersebut, jelas bahwa teori ini juga berangggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
5.      Lupa karena sebab fisioogis. Para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam dua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik dan psikolog dalam kaitannya dengan proses kelupaan.



REFERENSI

Anonim. “Ingatan dan Memori Otak”. Online. http://anangku.blogspot.com/2008/09/ingatan-dan-memori-otak.html. Diakses 20 Desember 2011.

Anonim. “Recall Memory dalam Psikologi”. Online. http://www.masbow.com/2009/11/recall-memory-dalam-psikologi.html. Diakses 20 Desember 2011.

Dedi Wahyudi. “Seputar Ingatan (Memory)”. Online. http://podoluhur.blogspot.com/2009/02/seputar-ingatan-memory.html. Diakses 20 Desember 2011.

Herico. “Istilah dan Konsep Dasar Memori atau Ingatan”. Online. http://goilmu.wordpress.com/2010/01/29/istilah-dan-konsep-dasar-memori-atau-ingatan/. Diakses 20 Desember 2011.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

0 comments: